Efek Bansos Terasa: Harga Beras Menurun Tapi Tetap di Atas Batas HET
Penyaluran bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah mulai menunjukkan dampak terhadap pasar pangan. Salah satu indikatornya adalah penurunan harga beras di sejumlah wilayah, terutama di pasar tradisional dan warung-warung rakyat. Namun, penurunan ini belum sepenuhnya mengembalikan harga ke titik ideal. Harga eceran tetap (HET) yang ditetapkan pemerintah masih belum sepenuhnya dijangkau di lapangan.
Bansos Dorong Ketersediaan, Harga Mulai Luruh
Mulai awal bulan ini, pemerintah menggencarkan distribusi bansos berupa beras 10 kg per keluarga penerima manfaat (KPM). Program ini diharapkan mampu meredam lonjakan harga yang sempat menyentuh angka tertinggi dalam beberapa bulan terakhir akibat cuaca buruk, distribusi tersendat, serta kenaikan harga gabah.
Data dari beberapa dinas perdagangan daerah mencatat bahwa harga beras medium turun sekitar Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram. Sebagai contoh, di Pasar Induk Kramat Jati, harga beras medium yang semula berada di kisaran Rp14.500/kg kini turun menjadi Rp13.800/kg.
“Setelah bansos digulirkan, tekanan permintaan sedikit berkurang. Ini membantu menstabilkan pasokan dan mengurangi tekanan harga,” ungkap seorang pedagang sembako.
Masih di Atas HET
Meski mulai menurun, harga beras di pasar masih belum sepenuhnya sesuai dengan HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Rp10.900/kg untuk beras medium dan Rp13.900/kg untuk beras premium. Artinya, masyarakat masih harus membayar lebih mahal dari harga ideal yang dijanjikan.
Di beberapa daerah seperti Bekasi, Surabaya, dan Makassar, harga beras premium bahkan masih berkisar Rp15.000–Rp16.000 per kilogram.
“Kami menyambut baik bansos, tapi kenyataannya harga di warung tetap tinggi. Bagi kami, selisih seribu dua ribu itu sangat terasa,” keluh Siti, ibu rumah tangga di Bogor.
Pemerintah Pantau dan Evaluasi
Kementerian Perdagangan bersama Bulog saat ini tengah memperluas operasi pasar dan distribusi beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) untuk menyeimbangkan pasar. Pemerintah juga mewanti-wanti adanya praktik spekulasi harga dan menyiapkan sanksi bagi pelaku usaha yang mencoba bermain curang.
“Kami akan terus menyalurkan bansos dan memperkuat distribusi logistik agar beras bisa tersedia secara merata, terutama di daerah rawan pangan,” ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam konferensi pers.
Menanti Harga Normal
Meskipun ada perbaikan tren, masyarakat berharap pemerintah dapat mempercepat pemulihan harga ke level HET. Penurunan harga belum cukup signifikan untuk meringankan beban rumah tangga, terutama di kalangan ekonomi bawah.
“Bansos bagus, tapi kami butuh harga stabil jangka panjang, bukan hanya efek sementara,” kata Yanto, sopir ojek online di Jakarta.
Program bansos terbukti mulai memberikan efek menekan harga beras di pasaran. Namun tantangan masih membayangi, terutama dalam memastikan agar harga kembali berada dalam batas wajar sesuai HET. Sinergi antara pemerintah, pelaku distribusi, dan pengawasan masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan stabilitas pangan yang berkelanjutan.