Pramono Anung Tebar Harapan: Ratusan Ijazah Siswa Akhirnya Dibagikan Gratis
Suasana haru dan bahagia menyelimuti ratusan siswa dan orang tua di sebuah acara sederhana namun penuh makna di Kabupaten Kediri. Ratusan ijazah dari jenjang SD hingga SMA yang selama ini tertahan karena kendala biaya, akhirnya bisa kembali ke tangan para pemiliknya. Semua itu terjadi berkat inisiatif dan kepedulian tokoh nasional, Pramono Anung.
Dalam kegiatan yang digelar pada awal Juni ini, Pramono turun langsung menyerahkan dokumen penting tersebut kepada para siswa, didampingi oleh sejumlah tokoh pendidikan dan perwakilan sekolah. Program ini merupakan bagian dari upaya nyata untuk memastikan tak ada anak Indonesia yang terhambat masa depannya hanya karena persoalan administratif.
Menjawab Masalah yang Sering Terabaikan
Ijazah sering kali tertahan di sekolah karena orang tua siswa tidak mampu membayar biaya administrasi atau tunggakan tertentu. Padahal, tanpa ijazah, siswa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya atau mencari pekerjaan secara formal.
“Kita tidak boleh membiarkan masa depan anak-anak ini terhenti hanya karena tidak mampu membayar. Pendidikan adalah hak semua anak,” ujar Pramono di hadapan ratusan peserta yang hadir.
Ia menambahkan, langkah ini bukan sekadar aksi sosial, tapi bentuk komitmen jangka panjang terhadap pemerataan akses pendidikan yang adil dan berkelanjutan.
Senyum Siswa, Tangis Haru Orang Tua
Bagi para siswa, momen ini terasa seperti pembebasan. Setelah bertahun-tahun tertahan, kini mereka bisa menunjukkan ijazah untuk mendaftar kuliah, kerja, atau mengikuti pelatihan kejuruan.
“Saya tidak menyangka akhirnya ijazah saya bisa diambil. Terima kasih Pak Pramono, semoga kebaikan ini dibalas Tuhan,” ujar Arif, alumni SMA yang telah dua tahun bekerja serabutan karena tak punya dokumen pendidikan lengkap.
Sementara itu, sejumlah orang tua yang menerima langsung ijazah anaknya tak kuasa menahan air mata. Bagi mereka, ijazah bukan hanya selembar kertas, tapi simbol harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Pendidikan Tak Boleh Elitis
Pramono Anung menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi pintu pembebas, bukan penghalang. Ia berharap langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi lebih banyak pihak — baik pemerintah, tokoh masyarakat, maupun dunia usaha — untuk ikut berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang nyata dan menyentuh akar rumput.
“Negara kuat bukan karena banyaknya gedung megah, tapi karena generasi mudanya bisa bermimpi dan punya kesempatan yang adil untuk menggapainya,” tegas Pramono.
Gerakan yang Perlu Diperluas
Program ini menjadi contoh nyata bahwa solusi kemanusiaan bisa dimulai dari langkah sederhana namun berdampak besar. Ke depan, Pramono menyatakan akan terus mendorong gerakan serupa di daerah lain dan berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang mengalami kasus serupa.
Dengan mengembalikan ratusan ijazah kepada para pemiliknya, Pramono Anung tak hanya menyelesaikan masalah administratif, tetapi juga mengembalikan harapan yang sempat tergantung. Ini bukan hanya tentang pendidikan, tetapi juga tentang keadilan, empati, dan kepedulian nyata terhadap masa depan anak-anak bangsa.